Selasa, 11 Maret 2014

Colors of My Life : UAS? BELUM SIAP LAHIR DAN BATIN


UAS? BELUM SIAP LAHIR DAN BATIN

Kawan, apakah kalian baru saja selesai menjalani ujian? Atau akan segera menjalani ujian? Atau sedang menjalani ujian? Karena sekarang saya akan berbagi sedikit tentang ujian yang baru saja selesai saya lewati. Ups, saya lupa. Yang saya maksud di sini ujian sekolah ya…!

Biasanya masyarakat dan kawan sekalian menyebutnya UAS, Ujian Akhir Sekolah. Bagi kawan yang bersekolah di kota besar dengan sekolah bermutu dan berkualitas, mungkin tidak akan mengalami kesulitan. Fasilitas, disiplin, semangat, dan prestasi akan menyatu jika semua pihak yang terlibat dalam pendidikan suatu daerah rajin, bertanggung jawab, dan bersikap jujur. Tapi saya bersekolah di kota saya yang kecil dan mungil, etos kerja di kotaku belum tinggi dan prinsip nepotisme terkadang masih banyak dijumpai dalam kehidupanku sehari-hari. Terus apa hubungannya dengan UAS?

Saya sangat merasa kesulitan dengan UAS yang baru saja saya lewati. Sebab, saya merasa kurang siap lahir dan batin untuk menghadapinya. Saya masih bingung, apakah ketidaksiapan saya ini karena diri saya sendiri atau karena kurangnya perbekalan yang diberikan sekolah ya…? Kalau datangnya dari diri sendiri, artinya saya harus belajar lebih giat lagi. Tapi menumbuhkan rasa ingin belajar itu sulit, harus dibutuhkan faktor luar yang mendorong dan bahkan memaksa diri ini untuk belajar. Di sinilah fungsi sekolah dijalankan.

Saya ingin agar sekolah itu lebih meningkatan mutu dan kualitas pengajaran dengan peningkatan disiplin tidak hanya kepada siswa namun juga kepada tenaga pengajarnya. Sehingga semua guru akan merasa bertanggung jawab atas siswa yang diajarnya. Saya ingin agar diadakan persiapan UAS jauh sebelum waktunya, misalnya dua atau sebulan sebelumnya. Saya tidak memerlukan kunci jawaban ataupun soal ujiannya, yang saya inginkan kesiapan lahir dan batin. Saya ingin mengerjakan semua soal dengan jujur dan mengetahui seberapa kemampuan saya. Bisakah saya dapatkan itu?

Mungkin kawan ada yang berpikir saya sombong karena menolak bantuan dari sekolah dalam bentuk ketidakjujuran itu. Begitulah kehidupan sekarang, orang yang ingin melakukan kebaikan dianggap rendah dan sombong. Namun, tidak semua siswa berpikir sama seperti saya. Karena memang watak dan sifat orang berbeda-beda. Saya juga tidak memaksakan kehendak saya ini. Harapan saya, semoga kesulitan yang saya alami sekarang tidak dialami oleh adik-adik dan kawan-kawan yang lain. Jangan pernah berhenti untuk berusaha dan berdo’a ya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar