Kawan, apakah kalian baru saja selesai
menjalani ujian? Atau akan segera menjalani ujian? Atau sedang menjalani ujian?
Karena sekarang saya akan berbagi sedikit tentang ujian yang baru saja selesai
saya lewati. Ups, saya lupa. Yang saya maksud di sini ujian sekolah ya…!
Biasanya masyarakat dan kawan sekalian
menyebutnya UAS, Ujian Akhir Sekolah. Bagi kawan yang bersekolah di kota besar
dengan sekolah bermutu dan berkualitas, mungkin tidak akan mengalami kesulitan.
Fasilitas, disiplin, semangat, dan prestasi akan menyatu jika semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan suatu daerah rajin, bertanggung jawab, dan bersikap
jujur. Tapi saya bersekolah di kota saya yang kecil dan mungil, etos kerja di
kotaku belum tinggi dan prinsip nepotisme terkadang masih banyak dijumpai dalam
kehidupanku sehari-hari. Terus apa hubungannya dengan UAS?
Saya sangat merasa kesulitan dengan UAS yang
baru saja saya lewati. Sebab, saya merasa kurang siap lahir dan batin untuk
menghadapinya. Saya masih bingung, apakah ketidaksiapan saya ini karena diri
saya sendiri atau karena kurangnya perbekalan yang diberikan sekolah ya…? Kalau
datangnya dari diri sendiri, artinya saya harus belajar lebih giat lagi. Tapi
menumbuhkan rasa ingin belajar itu sulit, harus dibutuhkan faktor luar yang mendorong
dan bahkan memaksa diri ini untuk belajar. Di sinilah fungsi sekolah
dijalankan.
Saya ingin agar sekolah itu lebih meningkatan
mutu dan kualitas pengajaran dengan peningkatan disiplin tidak hanya kepada
siswa namun juga kepada tenaga pengajarnya. Sehingga semua guru akan merasa
bertanggung jawab atas siswa yang diajarnya. Saya ingin agar diadakan persiapan
UAS jauh sebelum waktunya, misalnya dua atau sebulan sebelumnya. Saya tidak
memerlukan kunci jawaban ataupun soal ujiannya, yang saya inginkan kesiapan
lahir dan batin. Saya ingin mengerjakan semua soal dengan jujur dan mengetahui
seberapa kemampuan saya. Bisakah saya dapatkan itu?
Mungkin kawan ada yang berpikir saya sombong
karena menolak bantuan dari sekolah dalam bentuk ketidakjujuran itu. Begitulah
kehidupan sekarang, orang yang ingin melakukan kebaikan dianggap rendah dan
sombong. Namun, tidak semua siswa berpikir sama seperti saya. Karena memang
watak dan sifat orang berbeda-beda. Saya juga tidak memaksakan kehendak saya
ini. Harapan saya, semoga kesulitan yang saya alami sekarang tidak dialami oleh
adik-adik dan kawan-kawan yang lain. Jangan pernah berhenti untuk berusaha dan
berdo’a ya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar